July 6, 2012

Sejarah Musik Rock And Roll

Rock and Roll (selanjutnya disebut rock) mulai muncul sebagai genre musik di Amerika pada awal 1950-an sebagai hibrid musik produk budaya kulit putih country and western (C&W), serta produk budaya kulit hitam, yakni rhythm and blues (R&B). Tahun kemunculan rock tersebut adalah tahun di saat ketegangan rasial di Amerika Serikat sedang dalam titik kronis. Tahun ini juga tahun awal lahirnya Civil Rights Movement (pergerakan hak-hak sipil), pergerakan yang digelar oleh kelompok Afrikan Amerikan untuk menuntut persamaan hak dan perlakuan antara kulit hitam dan kulit putih. Ketegangan rasial antara kulit hitam dan kulit putih serta pergerakan hak-hak sipil adalah konteks sosial dan politik di Amerika yang melatari kemunculan Rock sebagai sebuah genre.
            Walaupun perbudakan dengan resmi diakhiri bersamaan dengan berakhirnya perang sipil pada tahun 1865, dengan dibebaskannya budak-budak di selatan Amerika oleh tentara Union, bukan berarti kehidupan masyarakat Afrikan- Amerikan mendadak menjadi lebih baik. Diskriminasi ras yang dilakukan oleh kelompok-kelompok rasialis fundamental beranggotakan kulit putih yang merasa bahwa kesejajaran antara mereka dan kulit “kelas dua” adalah suatu hal yang tidak masuk akal, membayangi kehidupan mereka.
Kelompok-kelompok rasialis yang menolak persamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih memang banyak bermunculan setelah perang sipil berakhir, terutama di daerah selatan Amerika. Yang paling terkenal dan mendapat dukungan luas adalah Ku Klux Klan. Didirikan pada tahun 1866 oleh para veteran tentara Konfederasi, bersamaan dengan dimulainya rekonstruksi oleh kongres Amerika. Fokus utamanya adalah mengembalikan kejayaan kulit putih yang luntur karena dihapusnya perbudakan di selatan paska perang sipil, dengan berupaya mencegah terwujudnya persamaan hak antar warganegara yang secara massif digelontorkan oleh pemerintah. Untuk mencapai tujuan kelompok, mereka menerapkan penggunaan teror dan kekerasan. Pembunuhan dan penindasan terhadap kulit hitam dilakukan secara membabi buta oleh kelompok ini. Namun, karena wacana penghapusan perbudakan serta penciptaan persamaan hak masih mendominasi, Ku Klux Klan hanya bertahan selama 4 tahun. Menyusul aksi-aksi protes terhadap praktek kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ini, pada tahun 1870 Ku Klux Klan dihapus oleh Presiden Ulysses S. Grant dan kemudian disahkan dengan dikeluarkannya Civil Rights Act pada tahun 1871.
Paska Civil Rights Act, aksi-aksi rasial tetap saja dilancarkan oleh kulit putih terhadap kulit hitam. 1915, Ku Klux Klan kembali muncul.  Pengaruh kelompok ini malahan makin meluas. Detroit, Indianapolis, Chicago, Portland, Denver, Atlanta, Memphis, Knoxville, dan Dallas adalah kota-kota di daerah selatan, tempat kelompok ini memiliki pengaruh yang signifikan[1]. Seiring dengan dimulainya perang dunia ke II, kelompok ini berkurang pengaruhnya karena diidentikkan dengan gerakan NAZI. Pada tahun 1920, kelompok ini mulai berkurang pengaruhnya dan sejurus menghilang. Gerakan ketiga kelompok ini muncul pada tahun 1946 di Atlanta[2] dan mulai masif memasuki tahun 1950. Kekerasan terhadap kulit hitam semakin menjadi hal yang identik dengan kelompok ini.  
Munculnya kelompok rasialis tersebut kemudian diimbangi dengan munculnya kelompok-kelompok kulit hitam yang memerjuangkan hak-hak sipil bagi Afrikan- Amerikan. Di Amerika, pergerakan ini dikenal dengan American Civil Rights Movements[3]. Gerakan ini mulai muncul paska perang dunia ke II berakhir. Gerakan pertama mulai muncul pada awal 1950an. Motif dibalik kemunculan kelompok-kelompok ini adalah opresi serta perbedaan perlakuan sebagai second class citizenship (warga negara kelas kedua) oleh warga kulit putih[4]. Terutama di daerah selatan Amerika, perlakuan terhadap warga kulit berwarna (coloured people) memang mengenaskan. Akses mereka ke fasilitas-fasilitas publik seperti pendidikan, dibatasi. Pemisahan rasial (terutama di selatan Amerika) bahkan dilegalkan dengan peraturan-peraturan pemerintah. Doktrin “separate and unequal” menjadi kesimpulan dari peraturan-peraturan itu. Walhasil, jurang antara “white” dan “colour” semakin lebar. Alasan-alasan inilah yang melatari kemunculan kelompok-kelompok pejuang hak sipil bagi kulit hitam tersebut, sebagai counter guna mengimbangi kemunculan kelompok-kelompok rasialis kulit putih.
Era paska perang sipil sampai paska perang dunia ke II memang merupakan masa kelam hubungan antar ras di Amerika. Pada masa ini, jangan pernah membayangkan kulit putih berbaur dengan bebas dengan kulit hitam atau ras lain. Segregasi dan diskriminasi ras telah menjadi nilai yang melembaga pada masa ini.
Rasialisme di Amerika tidak hanya menciptakan segregasi antar ras. Tapi juga menciptakan jurang di selera musik. Kulit putih lebih suka mendengarkan lagu dan musik dengan genre musik Eropa, begitupun sebaliknya. Tahun 1920-an dan 1930-an misalnya, kala Jazz dan Blues mulai popular, kulit putih Amerika mulai banyak yang menikmati genre musik produk kulit hitam Afrika ini. Tapi mereka (kulit putih) lebih memilih mendengarkan musik Jazz dan Blues yang dimainkan oleh musisi kulit putih. Sementara musik Jazz dan Blues yang dimainkan oleh musisi kulit hitam tidak mendapatkan tempat di hati mereka[5]. Kondisi ini (diskriminasi dan segregasi ras) mulai berubah ketika rock muncul.
Seperti Blues, banyak perdebatan mengenai kapan Rock and Roll muncul. Kata rock sendiri telah muncul pada tahun 1922: “My Man Rock Me With One Steady Roll”, dalam lagu di album blues Trixie Smith[6]. Pada tahun 1940an kata rock juga digunakan oleh Roy Brown: "Good Rocking Tonight"[7]. Kata Rock (ing) sendiri pada waktu itu digunakan oleh kulit hitam sekuler sebagai bahasa slang, yang berarti berdansa atau seks.  Namun di bukunya, Glenn C Altshculer menjelaskan bahwa kata Rock and Roll pertama kali diperkenalkan oleh seorang DJ radio di Cleveland yang bernama Alan Freed[8].
Mulanya, Alan Freed menyadari keadaan yang sedikit dipaparkan di atas. Bahwa banyak musisi kulit putih Amerika yang senang memainkan musik budaya kulit hitam: R&B, Jazz, serta Blues namun audiensnya hanya terbatas pada kulit putih saja. Memahami hal ini, Alan Freed kemudian mencoba mengawinkan musik kulit putih dengan musik kulit hitam di radio tempat ia bekerja. Ia berharap audiensnya akan lebih luas. Harapan Freed terkabul. Musik yang ia putarkan mendapat antusiasme yang tinggi dari remaja kulit putih dan kulit hitam. Semakin lama audiens musik yang ia bawakan di acaranya semakin banyak[9]. Alan Freed pun kemudian mengadakan konser campuran musik hitam dan putih tersebut pada tahun 1952. Ia menamakan konsernya “Moondog Coronation Ball”. Dalam konser ini, yang hadir masih dimayoritasi oleh kulit hitam. Namun lama kelamaan, seiring makn meluasnya penggemar musik yang ia sebarkan, konser yang ia adakan mulai dihadiri oleh audiens multi ras. Hitam dan putih[10].
Culture hybrid (antara kultur musik kulit putih dan kulit hitam) pada musik rock menjadi pemantik yang menyebabkan para remaja kulit putih mulai menentang segregasi ras yang mewabah di Amerika. Kemunculan musik Rock menjadi titik awal bersatunya remaja kulit hitam dan kulit putih dengan berbaurnya mereka dalam konser-konser rock yang kerap diadakan seiring populernya rock sebagai sebuah genre.konser rock adalah ruang publik pertama, tempat remaja Amerika berkumpul tanpa memandang batasan hitam-putih.  Meluasnya pengaruh musik rock di kalangan remaja Amerika juga menjadi awal dari tumbuhnya nilai baru dalam diri mereka.
Yang pertama tentu saja kesadaran akan ekualitas ras. Pada masa segregasi ras masih mahfum, remaja-remaja di Amerika dipisahkan sedemikian rupa dari aspek politik, ekonomi dan sosial. Ketika rock muncul, mereka mulai mencari tahu dan akrab dengan realitas yang sebenarnya tentang apa yang terjadi: tentang politik rasial, kesenjangan ekonomi karena rasialisme, dan segregasi ras yang merupakan impak rasialisme, dari musik popular. Dari musik mereka menyadari pentingnya sebuah kesetaraan tanpa memerhitungkan warna yang melekat di kulit mereka. Rock yang unsur musiknya multikultur menumbuhkan pertentangan terhadap rasialisme yang subur pada saat itu. Remaja kulit putih mulai berpikir ulang tentang hubungan mereka dengan kulit hitam. Perbedaan kulit adalah omong kosong. Tiap orang adalah sama. Jembatan antara kulit hitam dan kulit putih mulai terbangun, karena rock. Rasialisme lama kelamaan mendapat pertentangan di mana-mana. Identitas baru, kesetaraan Integrasi ras terbangun, karena rock.
Yang kedua adalah reaksi atas otoritas. Rock menciptakan sebuah kesadaran akan pentingnya kebebasan. Tidak ada otoritas yang dapat menentukan seseorang harus seperti apa. Remaja-remaja Amerika pada saat itu mulai memikirkan ulang peranan orang tua dalam kehidupan mereka. Konflik generasional mulai tumbuh. Remaja-remaja[11] Amerika (putih maupun hitam) mulai meninggalkan norma-norma lama yang dipegang oleh generasi di atas mereka. Kewenangan orangtua terhadap diri mereka, serta pandangan-pandangan terhadap kehidupan yang harus mereka anut ditentang secara keras. Konflik generasional ini tentu saja berpengaruh signifikan terhadap memudarnya rasialisme, yang notabene adalah “nilai” yang dianut oleh orangtua mereka.
Musik (dalam hal ini rock) di sini menjadi semacam media identifikasi, alat penciptaan nilai (baru) yang menjadi penanda kelompok melalui ritual dan relasi yang kontinu. Warna (akar) musik, dan konteks di balik penciptaan musik menjadi stimulan pencipta eksistensi dengan menciptakan pertentangan-pertentangan dalam sebuah struktur.
Seiring dengan runtuhnya dinding pemisah antar ras yang diiringi dengan terciptanya sebuah jembatan yang menghubungkan ras kulit putih dan kulit berwarna, rock mulai melengkapi pergerakan kulit hitam untuk memeroleh persamaan di hak-hak sipil. Musisi-musisi rock, kulit hitam maupun putih, membantu menyebarkan paham kesetaraan di konser-konser mereka. Misalnya saja Elvis Presley, musisi rock berkulit putih, secara terang-terangan mengakui bahwa musiknya sangat dipengaruhi oleh musisi kulit hitam di Mississipi. Elvis mengatakan bahwa ia sangat mengagumi cara bermusik orang-orang kulit hitam dan ingin sekali bermain musik sepeti mereka. Kalimat-kalimat pernyataan dari musisi rock kulit putih tentang kekaguman mereka terhadap musik kulit hitam mungkin hanya sesuatu yang remeh. Tetapi di sisi lain, empati musisi kulit putih tersebut menjadi poin penting re-identifikasi kulit putih terhadap kulit hitam.
Reebee Garofalo, dalam tulisannya yang berjudul Rockin the Boat: Mass Music and Mass Movement[12] menegaskan bahwa rock “bertanggungjawab” terhadap tumbuhnya kesadaran nasional untuk mendukung perwujudan hak sipil. Lanjutnya lagi, ada hubungan tegas antara evolusi yang terjadi dalam genre rock dengan kejadian di pergerakan hak sipil. Ia mencontohkan ketika kelompok religius kulit hitam mulai mendukung pergerakan[13], elemen gospel, yang notabene merupakan forma bermusik yang dipraktekkan di gereja, secara simultan muncul di genre rock[14]. Semakin menegaskan bahwa musik selalu mengikuti setiap dinamika politik apapun, di manapun.
Rock and roll muncul karena segregasi ras. Pada awal kemunculannya, rock dimaknai berbeda-beda. Bagi Ku Klux Klan dan generasi “tua” kulit putih, yang mengedepankan superioritas kulit putih dan segregasi ras memandang rock sebagai ancaman serius karena menumbuhkan kesadaran baru dari generasi-generasi kulit putih penerus mereka tentang kesetaraan ras. Hal yang selama ini mereka tentang. Lain lagi bagi kulit hitam dan kelompok perjuangan hak sipil. Rock dipandang positif karena mendukung perjuangan mereka, menuntut hak-hak yang sama sebagai warga Negara tanpa memandang warna kulit. Bagi remaja kulit hitam dan kulit putih, semula rock hanya menjadi sebuah barang baru yang memberikan kesenangan karena beat musiknya yang menghentak. Tapi secara tidak sadar, rock telah menjadi media yang meruntuhkan nilai-nilai lama yang melembaga di antara mereka. Konser rock, menjadi mula remaja-remaja kulit hitam dan kulit putih Amerika melebur dalam sebuah ruang.
 Rock menjadi pemicu terjadinya revolusi nilai di Amerika. Semula hanya melibatkan kaum muda. Tapi lama kelamaan nilai tersebut menyebar dan melembaga di segala kalangan umur. Kelak, generasi muda yang tumbuh di saat genre musik rock muncul, menularkan paham kesetaraan yang mereka dapatkan lewat rock akan mewariskannya ke generasi di bawah mereka. Kini, bisa kita lihat bagaimana rock mengubah secara fundamental hubungan antar ras di Amerika. Kulit hitam tidak lagi menjadi kulit kelas ke dua. Mereka dipandang setara, memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia. Bahkan, Barrack Obama, seorang kulit hitam yang pada jaman pra kemunculan rock di Amerika dianggap sebagai kaum yang hina, menjadi seorang calon terkuat kandidat presiden Amerika. Dan ini, secara tidak langsung, karena rock.

No comments: